Jumat, 11 Juni 2010

Anak & Media : Upin Ipin vs Cerita Rakyat

Banyak banget sekarang cerita- cerita menarik buat anak- anak baik di kemas dalam film kartun, komik maupun buku cerita, yang tak kalah marak adalah cerita lucu anak kembar dari negri jiran UPIN & IPIN, bahkan bak selebritis UPIN &IPIN mampu menarik minat tidak hanya anak kecil tapi juga remaja dan orang dewasa, UPIN & IPIN tidak hanya di kemas dalam bentuk film tapi juga di kemas dalam bentuk komik, hal ini membuat anak - anak semakin menggemari UPIN &IPIN, Tapi bagaiman dengan nasib karya budaya dari negri kita sendiri yaitu cerita rakyat yang mengisahkan tokoh- tokoh dan legenda cerita tanah air?
mengapa anak- anak sekarang lebih menggemari UPIN & IPIN pruduk negara tetangga, dari pada cerita rakyat yang mengenalkan pada tokoh- tokoh legendaris dan kisah- kisah terkenal di tanah air?
berikut ini bedah bukunya he.. he..

UPIN & IPIN

Data Umum
Jenis : Komik
Judul : Upin & Ipin : Ayo Berkebun
36 hlm, thn 2010


Penyampaian Content:
Komik berwarna dengan gambar 3 dimensi / animasi

Conten :
Bercerita tentang cara berkebun yang baik.


Tujuan / Materi yang ingin disampaikan / pelajaran yang bisa diambil:
Cara berkebun
Harus membantu orang tua sebelum bermain.
Pentingnya makan sayur
Tidak boleh menjahili teman


Sasaran pembaca :
Semua umur, namun lebih cocok untuk anak usia sekolah ( 5-10 th ), untuk anak usia 2-4 tahun hendaknya didampingi orang tua.
Cocok untuk anak laki-laki maupun perempuan, karena pada cerita upin ipin tsb tidak ada unsur perbedaan gender, perempuan dan laki-laki jadi satu, dan bermain bersama.


Pengemasan Media (kelebihan dan kekurangan ) :
Sesuai tujuan
Sesuai dengan usia yang dituju
Walaupun bahasa telah diterjemahkan, masih ada bahasa yang tidak jelas.
Biasanya anak kesulitan mengurutkan gambar dikomik, sehingga kadang anak kebingungan jika tidak didapingi orang tua.


Teori yang Relevan :
Teori kognitif piaget
Teori belajar pengolahan informasi (memori)
Teori social Learning


CERITA RAKYAT DARI MALANG


Data Umum :
Jenis : Buku
Judul : Cerita Rakyat Dari Malang (Jatim)
72 hlm, thn 2008

Penyampaian Content:

Sedikit gambar, banyak tulisan dan tidak berwarna.

Conten :
Bercerita tentang dongeng, legenda maupun mitos yang ada di Jawa.


Tujuan / Materi yang ingin disampaikan / pelajaran yang bisa diambil:
Kita harus berjuang sekuat tenaga untuk membela tanah air.
Harus mengakui kelebihan orang lain.
Harus berbakti pada orang tua.
Harus saling membantu sesama.
Harus mencari ilmu setinggi mungkin untuk kemudian dibagikan pada orang lain.
Tidak boleh ingkar janji.



Sasaran pembaca :
Semua umur, khususnya anak usia sekolah, apabila untuk anak usia pra sekolah ke bawah memerlukan bantuan orangtua untuk membaca dan menjelaskan.
Cocok untuk anak laki-laki maupun perempuan


Media (kelebihan dan kekurangan ) :

Sesuai tujuan
Sesuai usia yang di tuju
Penyampaian kurang menarik untuk anak- anak karena gambar yang sedikit dan tulisan yang banyak jadi anak- anak kurang berminat untuk membaca wlaupun ceritanya bagus.


Teori yang Relevan :
Teori kognitif
Teori behaviorisme
Teori motivasi



Analisis kedua media :


Dari kolom diatas dapat dilihat perbandingan antara Komik Upin & Ipin dengan buku Cerita Rakyat. Meski keduanya sama-sama jenis media bacaan anak-anak, namun tingkat ketertarikan anak pada kedua media tersebut berbeda-beda, untuk anak-anak balita sampai usia sekolah ( 5-10th), mereka pasti lebih tertarik untuk membaca komik Upin & Ipin. Ini di karenakan Jenis penyampaian content yang berbeda.


Dalam teori perkembangan kognitif piaget tahap pra oprasional (usia 2-7thn) anak belum bias berpikir abstrak, mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis – rumit. Dalam penyampaian cerita harus ada alat peraga. Komik upin & ipin penuh dengan gambar berwarnalah yang menarik untuk anak-anak usia balita sampai sekolah kelas 3 yang umumnya mereka lebih suka melihat gambar daripada harus membayangkan apa yang mereka baca. Dan tentunya dengan gambar yang jelas mereka akan lebih mengerti.


Berbeda dengan buku cerita rakyat yang penyampaian contentnya dominan dengan tulisan atau dalam bentuk paragraf. Ada baberapa gambar, namun tidak banyak. Buku seperti ini biasanya memiliki daya tarik yang rendah untuk anak-anak balita sampai usia 10 tahun apalagi cerita yang di bawakan adalah dongeng atau legenda yang merupakan kisah hayalan yang memerlukan imajinasi tinggi, sebab seperti yang disebutkan tadi, anak-anak ini lebih bisa memahami cerita bergambar daripada cerita yang untuk memahaminya harus membayangkan terlebih dahulu. Namun, walaupun buku ini tidak menarik untuk anak-anak usia 2-10th, buku ini menarik untuk anak-anak usia 11 sampai remaja yaitu dalam teori perkembangan piaget masuk dalam tahap oprasional kongkrit dan oprasional formal, mereka sudah mengerti tentang hal- hal yang rumit dan sistematis mereka dapat berpikir abstrak, atau bahkan orang dewasa. Usia-usia tersebut, mulai bisa berfikir secara abstrak, oleh karena itu mereka tertarik dengan jenis media yang seperti buku cerita rakyat ini.


Selain itu, kisah Upin Ipin ini sedang marak, tidak hanya dalam bentuk komik, namun sebelumnya juga ditayangkan ditelevisi, hal ini semakin membuat anak tertarik untuk membaca komiknya juga. Hal ini juga di jelaskan dalam teori belajar pengolahan informasi (memori). Komponen pertama system memori yang berfungsi menerima informasi baru adalah pusat kemampuan kesan-kesan penginderaan/disebut memori inderawi. Stimulus yang dapat membangkitkan perhatian.

a) Stimulus Psiko fisik (Psycohysical Stimulus)
Variasi intensitas, ukuran, suara dan warna suatu stimulus dapat memunculkan respon tertentu. Jadi komik upin- ipin yang bergambar lucu dan berwarna akan memunculkan respon tertentu dari pada cerita rakyat yang sedikir bergambar dan tidak berwarna.


b) Stimulus emosional (emotional stimulus)
Mampu “mengkoordinasi”penyampaian cerita, maka akan mampu membangkitkan emosi anak (pembaca) yang pada akhirnya anak cepat memahami cerita / informasi baru.


c) Stimulus kesenjangan (Diskrepant Stimulus)
Stimulus yang mampu membangkitkan sebagian tergantung pada aspek kebaharuan, kompleksitas, dan keunikannya. Komik Upin & Ipin yang unik dan sedang marak lebih membangkitkan minat anak daripada Buku cerita rakyat yang di anggap kuno.



Analisa cerita yang di sampaikan

Dalam cerita upin dan ipin penulis menceritakan bagaimana cara berkebun yang baik, upin dan ipin di ajak berkebun oleh kakak dan neneknya., upin dan ipin yang sama sekali tidak tau cara berkebun menirukan cara nenek kakak dan temannya memei yang kebetulan tahu tentang cara berkebun. Hal ini sesuai dengan teori social Learning Alber Bandura prinsip dasar belajar menurut teori ini bahwa yang di pelajari individu terjadi melalui peniruan dan penyajian contoh prilaku. Kak ros juga menggunakan conditioning yaitu melalui pemberian reinforcement negative yaitu upin dan ipin dilarang bermain apabila dia tidak membantu kakak dan neneknya berkebun, kak ros menghilangkan stimulus yang menyenangkan yaitu bermain agar memperkuat prilaku upin dan ipin untuk membantu berkebun.
Sedangkan dalam cerita rakyat yang penuh dengan hikmah atau pelajaran yang bias dia ambil disini penulis ingin memberimotivasi kepada anak- anak agar memiiki cita- cita setinggi langit seprti dalam teori Motivasi yaitu pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu baik internal maupun eksternal. Di setiap cerita pasti ada motivasi yang di miliki tokoh untuk mencapai cita- cita dan keinginannya.
Dalam cerita- cerita di buku ini tokoh – tokohnya juga melakukan proses belajar dari alam dan lingkungan seperti teori behaviorisme tokoh di ceritakan berprilaku dari proses belajar dari lingkungan dan pengalaman yang di dapat. Di setiap cerita- cerita di buku juga ada penguatan prilaku seprti reinforcement dan punishment, orang yang berprilaku jahat mendapat hukuman dan orang yang berprilaku baik mendapat kebahagiaan seperti didalam cerita bawang merah bawang putih, ken arok, jaka unthuk, aji saka dan banayk cerita lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar