Selasa, 17 Mei 2011

"MOTHERHOOD" (Family and Communication)

Di film Motherhood ini menceritakan seorang Ibu bernama Eliza Welch seorang mantan penulis yang memiliki dua anak dan tinggal di apartemen di New York, Eliza mengalami konflik internal dengan dirinya karena rutinitasnya sehari-hari sebagai ibu yang menurutnya menyita impiannya menjadi seorang penulis, dia harus mencuri- curi waktu untuk menulis blognya, puncaknya ketika Eliza ingin mengikuti lomba menulis kontes menulis esai tentang motherhood yang waktunya sama dengan persiapan ulangtahun ke-6 putrinya, Suami Eliza tak memahami keinginan Eliza ini dan tak berbuat banyak untuk membantu istrinya, meskipun Eliza tak merasa keberatan dengan tugasnya sebagai ibu, Eliza merasa bahwa ia butuh sebuah pengakuan tentang keberadaannya sebagai manusia. Eliza memang tidak pernah menceritakan masalah dan keinginan- keinginannya kepada orang lain, Eliza lebih memilih menuangkan pikirannya dalam situs blog miliknya, Eliza mengalami salah satu kecemasan di dalam STAGES IN INTERPERSONAL RELATIONSHIP yaitu Excitement Anxiety (Eliza merasa kehilangan kebebasan) sehingga membuat dia tertekan dan jenuh. Disinilah menurut saya sumber permasalahan yang terjadi pada Eliza, dia tidak menyadari pentingnya komunikasi di dalam keluarga. Mari kita bahas sekilas tentang komunikasi dalam keluarga.

Secara umum ada 4 pola komunikasi dalam keluarga
:

The Equality Pattern : Setara dalam berkomunikasi (menyampaikan ide, pendapat & keyakinan, masing-masing pihak terbuka, jujur, tidak ada pemimpin & pengikut, keputusan dibuat bersama

The Balanced Split Pattern : Hubungan sejajar, namun masing-masing pihak memiliki otoritas dalam domain yang berbeda

The Unbalanced Split Pattern : Salah satu pihak yang memimpin adalah yang dianggap lebih pintar & lebih mampu, biasanya juga yang lebih menarik secara fisik, pihak yang memimpin kadang bertanya pada yang dipimpin & meminta masukan

The Monopoly pattern : salah satu pihak memonopoli segalanya. Pihak yang dimonopoli bertanya tentang segala hal, meminta ijin, menunggu pihak yang memonopli untuk mengambil keputusan

Di dalam keluarga Eliza menurut saya pada awlnya pola komunikasi yang digunakan adalah The Balanced Split Pattern dimana masing- masing Ayah dan Ibu memiliki hubungan yang sejajar namun memiliki otoritas masing- masing yang berbeda, seperti eliza yang berperan sebagai ibu yang mengurus anak- anaknya dan suaminya berperan yang mencari nafkah di luar rumah, komunikasi mereka hanya seputar peran masing-masing di dalam keluarga, sehingga suaminya kurang mengetahui kesulitan dan pergulatan batin seperti yang di alami Eliza sebagai ibu yang kesulitan mengurus rumah tangga sendiri, sang Ayah hanya membantu Eliza sekedarnya saja di sela waktu kerjanya, ini bisa dilihat juga pada percakapan Eliza denagn putrinya Clara ketika dia menceritakan tentang keinginannya mengikuti lomba esai motherhood tersebut:

Eliza : It means mommy might get a real job.
Clara : But I don’t want you to get a real job.
Eliza : Why not? It’s good when mommies work. It keeps mommies happy. It keeps them from being mean, nasty, yelling mommies. What about daddies? Should daddies not work, too? Why moms and not dads, hmm? Elighten me.
Clara : ’Cause moms do everything. Dads only do some things. It’s different.

Disinilah menurut penilaian putri Eliza bahwa terdapat perbedaan peran komunikasi dan otoritas antara Ayah dan Ibunya dimana hanya Ibu yang mengerti dan mengerjakan segalanya dan Ayah hanya sebagian saja. tetapi ada juga pola komunikasi The Unbalanced Split Pattern walaupun tidak banyak seperti ketika eliza meminta pendapat kepada suaminya tentang hasil tulisannya untuk ikut lomba menulis esai tentang motherhood, dia ingin suaminya memeriksa dan memberikan pendapat tentang tulisannya. Namun sejalan dengan perubahan sikap Eliza yang sudah tidak tahan memendam perasaanya untuk ingin dimenegrti Eliza sempat mengalami à interpersonal deterioration, Eliza melarikan diri dan ingin pergi jauh dari kejenuhanya dari rutinitasnya menjadi Ibu, namun suaminya berusaha bertanya kepada Eliza tentang apa yang dia rasakan dan mereka segaera merepair masalah dengan merubah pola komunikasi menjadi The Equality Pattern, Eliza dapat menyampaikan perasaan bahwa ia butuh sebuah pengakuan tentang keberadaannya sebagai manusia, juga menyampaikan pendapat & keyakinan lebih jujur, Eliza dan suaminya juga membuat keputusan bersama, dan suaminya juga meminta Eliza untuk lebih terbuka tentang apa yang dia rasakannya agar dia tidak mersa tertekan lagi. Komunikasi dengan cara ini terbukti berhasil mengatasi masalah yang di alami Eliza suaminya jadi lebih mengerti akan dirinya dan berusaha untuk membantu Eliza, sehingga Eliza sadar bahwa sebenarnya ia telah memiliki segalanya, suami yang baik, dua anak yang sangat ia sayangi dan itulah yang ia perlukan untuk mendefinisikan arti menjadi seorang Ibu.

Kamis, 14 April 2011

PARENTING ADOLESCENCE

Masa remaja,,,, masa yang paling menarik dalam fase kehidupan manusia, pasti yang sudah mengalami fase ini akan tertawa- tawa sendiri mengingat kekonyolan and pengalaman- pengalaman lucu yang pernah terjadi saat masih remaja, bahkan gak jarang nih banyak yang pengen jadi remaja lagi,,, pengenya tetap remaja trus, gak pengen jadi dewasa or jadi tua.. (hehehehe bener gak????)

Banyak sekali intrik and problem terjadi saat masa remaja, apalagi ini berkaitan dengan hubungan orang tua dan remaja, maupun pola pengasuhan orangtua pada remaja yang dianggap remaja gak banget... remaja menganggap orangtua gak bisa ngerti kehidupan remaja yang unik and menyenangkan, bahkan tak jarang di fase inilah hubungan orangtua merenggang dengan remaja, padahal nih sebenarnya pada masa remaja orangtua sangat dibutuhkan oleh remaja, kok bisa gini ya?? Nah... Inilah yanga akan saya bahas saat ini, tentang pengasuhan pada remaja dan tentang remaja itu sendiri, simak baik- baik ya...

Masa remaja adalah masa transisi dari anak – anak ke dewasa, perubahan yang menonjol pada masa pubertas meliputi akselerasi yang cepat pada pertumbuhan, perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder, perubahan pada komposisi tubuh, dan perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi. Pubertas dapat terjadi secepat-cepatnya pada usia 7 tahun pada perempuan dan 9,5 tahun pada lelaki atau selambat-lambatnya 13 tahun pada perempuan dan 13,5 tahun pada lelaki. Perubahan pubertal terjadi akibat rangsangan oleh peningkatan hormon seksual selama pubertas yang juga mengakibatkan remaja mengalami mood swing. Perubahan hormonal memiliki sedikit pengaruh langsung terhadap kondisi emosional dan perilaku remaja namun perubahan pubertal dapat mengganggu hubungan orang tua dan remaja secara tidak langsung yang disebabkan oleh perubahan pandangan anggota keluarga. Misalnya perubahan secara biologis ynag mengakibatkan perubahan self body-image pada remaja dan perkembangan fisik pada remaja yang mengakibatkan perubahan perlakuan orang tua. Pada banyak keluarga, pubertas nampak menciptakan jarak antara orang tua dan anak remaja mereka secara emosional.

Sedangkan perubahan secara kognitif, Pada masa ini remaja mulai mengenal dan menggunakan metakognisi dimana remaja mulai berpikir tentang proses dari berpikir itu sendiri. Perubahan kognitif yang terjadi pada remaja membuat pola pikir mereka seringkali bertentangan dengan orang tuanya. Sedangkan pemahaman diri remaja pada dirinya, remaja menganggap pribadinya utuh dengan identitas yang unik membuat perselisihan dengan orang tuanya yang ingin memelihara ketergantungan anaknya dan memberitahu aturan nilai mereka. Secara sosial, pada masa ini, interaksi dengan orang tua menjadi berkurang karena remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Sebaliknya, teman sebaya memiliki peran yang lebih besar dalam hidup remaja. Pada masa ini, orang tua sulit untuk berbagi peran penting dengan anaknya dan mulai merasa jauh dari kehidupan mereka.

Masalah-masalah yang lain yang sering terjadi adalah orangtua tidak memberikan otonomi kepada remaja, otonomi disini berbentuk prilaku maupun emosional, orangtua masih sering mengendalikan remaja secara prilaku maupun psikologis mereka seperti cara mereka berpikir, sikap maupun perasaan anak, padahal anak pada masa remaja mereka lebih percaya diri, bersikap mandiri, dan menunjukan hidup yang lebih individualis yang mana menginginkan otonomi mereka sendiri, sehingga menyebabkan remaja berpikir orangtua tidak mnegrti apa kemauan mereka. Misalnya Seorang anak yang memasuki masa remaja mengharapkan kebebasan, sedangkan orang tua memandang masa remaja adalah periode yang sama sebagai waktu dimana kendali yang lebih ketat itu sangat perlu. Inilah yang pada ahirnya menyebabkan konflik.

Nah selain tentang bagaimana hubungan orangtua dan remaja serta konflik yang terjadi antara orangtua dan remaja, sekarang bagaimanakah pola pengasuhan orangtua pada remaja? Pola pengasuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya ;
Gender orangtua - anak, studi menunjukan bahwa anak perempuan dan laki- laki akan cendrung dekat dengan ibunya karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibunya dan lebih nyaman brecerita tentang hal yang bersifat emosional, sedangkan Para ayah lebih dirasa seperti figure yang otoritas secara relatif jauh yang mungkin dapat dimintai pendapat untuk" sasaran" informasi ( seperti bantuan dengan pekerjaan rumah) tetapi jarang memberi pendukungan atau bimbingan. Selain faktor.
struktur keluraga, remaja yang hidup dengan orangtua tunggal(orangtua bercerai atau orangtua yang tidak menikah) akan memicu remaja dewasa lebih cepat dari pada teman sebayanya, dan mereka akan memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada anak yang memimiliki orangtua lengkap, mereka juga memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orangtua tunggalnya mereka mneggambarkan orangtua seperti teman, namun bagi orangtua yang menikah lagi akan memiliki konflik yang lebih besar dengan anaknaya, karena anak akan kesulitan untuk beradaptasi dengan keluarga baru (ayah tiri, saudara tiri) dan orangtua sulit mengahadapi perubahan emosi anaknya yang mengalami masa transisi pada saat remaja, terutama pada anak remaja perempuan.
Farktor etnik, juga mempengaruhi cotohnya di amerika etnik minoritas keluarga (afrikan- amerikan) menggunakan pola pengasuhan autoritarian dan etnik mayoritas (eropa- amerikan) menggunakan pola pengasuhan authoritative.
Status Sosial, faktor ini uga mmepengaruhi dalam pola pengasuhan remaja, remaja yang orangtuanya memiliki kesulitan finansial akan sangat mempengaruhi hubungannya dengan orangtuannya. Remaja akan mengalami konflik yang lebih sering, kurang kehangtan dari orangtua dan perhatian dari orangtuanya. Memiliki beban finansial akan membuat ayah dan ibunya merasakan depresi, masalah dalam hubungan pernikahan dan menyebabkan konflik masalah uang antara orangtua – remaja, menyebabkan orangtua mudah marah dan menyebabkan kurangnya kualitas hubungan dengan orangtua. Beban ekonomi juga menyebabkan kurangnya pengasuhan pada anak dan kurang konsistennya kedisiplinan.

dari semua info di atas, kesimpulannya sih Pola pengasuhan otoritative adalah cara yang paling cocok utuk mengasuh remaja, perubahan bertahap dalam hubungan keluarga yang mengizinkan kemerdekaan bagi anak, tetapi tidak hanya diberi kebebasan saja, remaja tetap di beri tangguang jawab dalam otonomi nya namun yang tidak mengancam ikatan emosional antara orangtua dan anak, dengan kata lain perubahan yang mendorong peningkatan otonomi emosional relatif mudah untuk menjadikan keluarga yang fleksibel dan membuat semacam modifikasi dalam hubungan keluarga yang lebih baik.

Semoga informasi di atas bermanfaat bagi orangtua yang merasa kesulitan menghadapi anak remajanya, dan sedikit membari informasi pada pembaca tentang kehidupan para remaja.